Adalah sangat membesarkan hati bila kita menatap sejarah proses belajar, dan melihat betapa seringnya pemikiran-pemikiran agung bermunculan di daerah-daerah sepi, ditengah-tengah suku biadab dan kurun yang penuh berbagai tindasan dan kekerasan. Alangkah indahnya, dari zaman penuh pertumpahan darah yang menggemakan rintih dan lagu duka yang sedih, muncul pemikiran yang tenang dan agung, mempelajari alam dan menulis puisi : atau kita temukan, diantara kaum borjuis yang malas atau petani yang penuh daki tanah yang muram, suatu kecerdasan yang tinggi dalam abstraksi bilangan, penemuan-penemuan baru yang unik, atau suatu penafsiran yang sistematis tentang alam.
Jumat, 24 Mei 2013
Pikiran Manusia yang Tak Tertundukan
Adalah tidak mungkin untuk menurunkan harkat dan martabat kemanusiaan semua umat. Beberapa orang tetap akan terlewat, dan mereka akan berpikir. Kelompok penguasa yang lalim itu sendiri harus terus menerus berpikir. Dan setiap generasi anak-anak baru dilahirkan, maka pemikir-pemikir barupun akan muncul. Lebih mudah menghancurkan umat manusia secara fisik, dengan sebuah kuman atau ledakan, daripada menghancurkannya secara mental. Karena manusia mampu menyesuaikan diri, dan daya penyesuaian ini adalah kemampuan untuk mengubah dan mengembangkan kekuatan pikirannya. Selama manusia menetap di planet ini, tirani dan kekejaman apapun yang mereka hadapi, mereka tetap dan harus tetap berpikir. Karena disebabkan perjalanan pikiran yang penting inilah - tidak sempurna namun menakjubkan, bersifat unik dalam tiap-tiap pribadi - yang telah membawa kita keluar dari kebiadaban ke arah peradaban dan kebijaksanaan, dan akan lebih lanjut membawa kita kesana. Pada akhirnya juga KELALIMAN AKAN GAGAL. (Gilbert Highet - Pikiran Manusia yang Tak Tertundukan)
Langganan:
Postingan (Atom)